Search Perkosa Lalu Mualaf. Di tengah jalan gadis itu melihat segerombol lelaki berjalan kaki "Dari awal 2013 mulai baca-baca terjemahan Cocaine under a baby's car seat Perempuan 19 tahun itu mengerenyitkan kening, mendengar alasan para lelaki i perjalanan eloco gonzales menjadi mualaf perjalanan eloco gonzales menjadi mualaf.
ArticlePDF AvailableAbstractThe Permissibility of Women's Career in the View of the Al-Quran This study discusses career women in the view of the Koran. This study focuses its study on the description of the conception of career women, its relation in the view of the Qur'an. The source of data in this study was obtained from the holy book of the Qur'an and several other sources in the form of supporting and comparison references in accordance with the research theme. This research is library research using a qualitative approach, which is trying to describe a variable, symptom or situation. The results of this paper show that Islam is a religion that is very flexible and understands women, where a career for women is okay as long as it does not go out of the corridor of Islamic teachings, namely avoiding things that are jahiliyyah such as mixing with men. foreigners ikhtilath, showing off their genitals tabarruj, softening the voice with the intention of attracting men's hearts, and being alone khalwat with non-muhrim which can cause slander. Then in its implementation, it must obtain the permission of parents if not married or husband, and maintain their views ghadhdh al-bashar and for reasons that do not conflict with Islamic teachings Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Studi Alquran dan Hadis Volume 6, Nomor 2, 2022 ISSN 2580-3174 p, 2580-3190 e Kebolehan Wanita Berkarir Dalam Pandangan Al-Quran The Permissibility of Women's Career in the View of the Al -Quran Masripah, Yufi Mohammad Nasrullah, Nurul Fatonah Universitas Garut, Indonesia Correspondence masripah DOI Submitted 2022-03-10Revised 2022-07-22Accepted 2022-09-12 Abstract. This study discusses career women in the view of the Koran. This study focuses its study on the description of the conception of career women, its relation in the view of the Qur'an. The source of data in this study was obtained from the holy book of the Qur'an and several other sources in the form of supporting and comparison references in accordance with the research theme. This research is library research using a qualitative approach, which is trying to describe a variable, symptom or situation. The results of this paper show that Islam is a religion that is very flexible and understands women, where a career for women is okay as long as it does not go out of the corridor of Islamic teachings, namely avoiding things that are jahiliyyah such as mixing with men. foreigners ikhtilath, showing off their genitals tabarruj, softening the voice with the intention of attracting men's hearts, and being alone khalwat with non-muhrim which can cause slander. Then in its implementation, it must obtain the permission of parents if not married or husband, and maintain their views ghadhdh al-bashar and for reasons that do not conflict with Islamic teachings. Keywords al-Quran; career; women Abstrak. Penelitian ini membahas tentang wanita karir dalam pandangan Al-Quran. Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada deskripsi konsepsi tentang wanita karir, kaitannya dalam pandangan Al-Quran. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari kitab suci Al-Quran dan beberapa sumber lainnya berupa referensi-referensi pendukung dan pembanding yang sesuai dengan tema penelitian. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan library research dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha untuk menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Hasil dari tulisan ini memperlihatkan bahwa Islam merupakan agama yang sangat fleksibel dan mengerti terhadap perempuan, dimana berkarir untuk wanita boleh-boleh saja asalkan tidak keluar dari koridor syariat ajaran Islam, yaitu menghindari hal-hal yang bersifat jahiliyyah seperti bercampur-baur dengan laki-laki asing ikhtilath, pamer aurat tabarruj, melembutkan suara dengan maksud memikat hati laki-laki, dan berdua-duaan khalwat dengan bukan muhrim yang bisa menimbulkan fitnah. Kemudian dalam pelaksanaannya harus 844 AL QUDS Jurnal Studi Alquran dan Hadis vol. 6, no 2, 2022 mendapat izin orang tua kalau belum menikah atau suami, serta menjaga pandangannya ghadhdh al-bashar dan dengan alasan yang tidak bertentangan dengan syariat ajaran Islam. Kata Kunci al-Quran; karir; wanita Pendah uluan Peran ganda wanita diartikan sebagai dua atau lebih peran yang harus dimainkan oleh seorang wanita dalam waktu yang bersamaan. Peran-peran tersebut umumnya mengenai peran domestik, sebagai ibu rumah tangga dan peran publik yang umumnya dalam pasar tenaga kerja. Dengan adanya gerakan feminisme sebagai akibat dari kebutuhan dalam menghidupi keluarga dan semakin meningkatnya pendidikan kaum wanita, isu ketidakadilan gender mulai disuarakan di Indonesia sejak 1960- an, dimana isu yang menjadi bagian dari fenomena dan dinamika masyarakat Indonesia yang membuat posisi kaum wanita semakin membaik. Seiring dengan perkembangan zaman dengan status keberadaan kaum wanita terus mengalami peningkatan, dimana kedudukan kaum wanita terus diperjuangkan agar memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Kesetaraan gender menjadi salah satu tujuan dan cita-cita hampir seluruh kalangan, dimana kaum wanita harus diberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh suatu posisi baik dalam bidang pendidikan, politik, sosial, lembaga pemerintahan maupun lembaga atau instansi lainnya. Kaum wanita atau yang lebih populer disebut dengan wanita karir memperluas dunia pengabdiannya, bukan hanya saja dirumah tangga sebagai ibu peran domestik, tetapi juga di tengah masyarakat dengan berbagai fungsi dan jabatan peran publik. Maka, dengana adanya kebebasan ini, ternyata memberi peluang kepada kaum wanita untuk bisa bersaing dalam mendapatkan lapangan pekerjaan, dimana pendidikan yang dianggap sebagai label untuk memperoleh pekerjaan telah membuat sejarah baru dalam proses kehidupan moderen. Orang dianggap cakap, mampu, berkompeten dan layak diterima dalam suatu pekerjaan karena jenjang pendidikan yang tinggi. Kondisi ini telah menggeser persaingan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi persaingan untuk memperoleh tempat dalam dunia pendidikan. Berkompotisi memperoleh peluang dalam dunia pendidikan jauh lebih objektif, ilmiah, serta tidak deskriminatif terhadap gender. Gender disebut sebagai suatu konsep yang dipilih untuk memberikan identifikasi terkait dengan perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan wanita. Padahal, sebenarnya gender pada hakikatnya lebih condong kepada peran maupun tanggung jawab yang harus dilakukan oleh laki-laki atau wanita, dimana dikonstruksikan pada suatu bentuk budaya, bukan didasarkan kepada jenis kelamin yang dibedakan akibat ciri biologis. Maka, banyak yang mulai menganggap bahwa dengan adanya keadilan atau isu kesetaraan gender Masripah Kebolehan Wanita Berkarir Dalam Pandangan Al-Quran 845 merupakan usaha yang dilakukan oleh wanita agar dapat berkompetisi dengan laki-laki. Namun pada proses pelaksanaanya wanita hanya berusaha untuk mendapatkan hak yang sama dalam berkontribusi diberbagai bidang kehidupan. Meskipun dalam ajaran Islam kaum wanita dianjurkan untuk menjaga keluarga dan rumah tangga, namun hal tersebut tidak menjadi halangan untuk senantiasa berperan aktif dalam proses membangun dan memberdayakan masyarakat bersama-sama dengan kaum laki-laki dalam kehidupan nyata tanpa melalaikan tugas dan menjaga rumah tangga. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wakirin pada tahun 2017 berkarir bagi muslimah boleh-boleh saja asalkan tidak keluar dari koridor syariat Islam seperti tersurat dan tersirat dalam kisah Nabi Musa dan kedua putri Nabi Syuaib. Pertama, memenuhi tata cara pergaulan yang Islami, yaitu menghindari hal-hal yang bersifat jahiliyyah seperti bercampur-baur dengan lakilaki asing ikhtilath, pamer aurat tabarruj, melembutkan suara dengan maksud memikat hati laki-laki, dan berdua-duaan khalwat dengan non-muhrim yang bisa menimbulkan fitnah. Dan kedua, mendapat izin orang tua kalau belum menikah atau suami, serta menjaga pandangannya ghadhdh al-bashar dan dengan alasan yang tidak bertentangan dengan syariat dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Afif pada tahun 2019 secara psikologis, keberadaan wanita karir bisa mempengaruhi tatanan perkawinan dan keluarga, yang apabila tidak diatur dengan baik bukan mustahil akan berakibat pada disharmonisasi perkawinan dan keluarga. Dalam Islam tidak ada yang berhak melarang wanita untuk bekerja di luar rumah, termasuk suami sekalipun. Hal ini terkait dengan doktrin Islam sendiri yang sebenarnya tidak pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan dari sisi jenis kelamin. Selain itu, Islam juga menghargai persamaan hak bagi laki-laki dan perempuan. Hal ini dipertegas oleh fakta historis pada masa Nabi, di mana wanita juda berparisipasi di sektor publik. Kemudian dalam Islam, konsep wanita karir tidak berarti seorang isteri/ibu bebas bekerja menelantarkan nasib perkawinan dan keluarganya. Artinya, pekerjaan yang diambil oleh wanita yang hendak meniti karir di sektor public harus didasarkan pula atas kepentingan dalam penelitian ini menjelaskan antara wanita dan laki-laki memang terdapat perbedaan dimana hal ini ditunjukkan dalam beberapa ayat yang berkaitan dengan proses penciptaan Adam dan Hawa. Namun, apabila ditelaah Wakirin Wakirin, “Wanita Karir Dalam Perspektif Islam,” Al-I’tibar Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 1 Agustus 2017 1–14, doi Afif Muamar, “Wanita Karir Dalam Prespektif Psikologis Dan Sosiologis Keluarga Serta Hukum Islam,” Equalita Jurnal Studi Gender Dan Anak 1, no. 1 30 Agustus 2019 21–37, doi 846 AL QUDS Jurnal Studi Alquran dan Hadis vol. 6, no 2, 2022 lebih lanjut berdasarkan prinsip dasar ajaran agama Isla dalam Al-Quran sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang dikotomis terkait peran wanita dan laki-laki. Dengan demikian, adanya fenomena berkarir berdasarkan perspektif Al-Quran ini sangat menarik untuk digali lebih lanjut. Wanita berkarir sendiri merupakan seorang wanita dimana memiliki pekerjaan ataupun jabatan tertentu dalam suatu bidang baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, ataupun menopang ekonomi keluarga. Berdasarkan latar belakang tersebutlah, penelitian ini membahas mengenai persepsi wanita berkarir menurut Al-Quran. Wanita karir dalam arti memiliki pekerjaan dan mandiri finansial baik kerja pada orang lain atau punya usaha sendiri, terdapat beberapa alasan kenapa wanita terjun dalam dunia karir, antara lain adalah faktor pendidikan yaitu dengan pendidikan dapat melahirkan wanita karir, keadaan dan kebutuhan, faktor ekonomis yaitu wanita tidak ingin bergantung terus pada suami, untuk mengisi waktu yaitu wanita merasa bosan atau jenuh jika berada dirumah terus, untuk mencari ketenangan dan hiburan apabila terjadi kemelut dalam keluarga yang tidak berkesudahan wanita mencari kegiatan diluar rumah, mengembangkan bakat. Kemudian dengan berubahnya presepsi masyarakat terhadap peran dan posisi wanita di tengah masyarakat. Maka penelitian ini memberikan pandangan yang sangat fleksibel dan mengerti terhadap wanita namun tetap mempunyai aturan dengan berlandaskan Al-Quran. Dimana wanita karir dalam pandangan Al-Quran memang diperbolehkan asalkan mendapatkan ijin dari suami dan bekerja untuk membantu keluarga, ini akan jadi sebuah kegiatan yang menyenangkan apalagi jika didasari oleh ibadah. Inilah yang termasuk pembeda penelitian ini dan penelitian terdahulu yang mengaitkan pandangan Al-Quran terhadap wanita karir dalam salah satu prinsip pokok yaitu persamaan hak antar manusia, baik antara pria maupun wanita, bangsa, suku, dan keturunan. Perbedaan diantara mereka dihadapan Tuhan Yang Maha Esa hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan library research dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Kemudian, untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, maka menggunakan metode penelitian studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data, fakta dan informasi berupa tulisan-tulisan dengan bantuan bermacam-macam material, seperti kitab Al-Quran, buku-buku, jurnal, catatan kisah sejarah, internet dan sumber lain yang berhubungan dengan konsep pendidik anti diskriminsi dan tentang unsur dalam pendidikan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data- Masripah Kebolehan Wanita Berkarir Dalam Pandangan Al-Quran 847 data melalui bahan bacaan dengan bersumber pada data primer dan buku-buku sekunder atau sumber sekunder primer penelitian ini yaitu Al-Quran, yakni yang menjadi perspektif terhadap penelitian. Sementara sumber data sekunder sebagai data pendukung yaitu berupa data-data, baik itu buku-buku maupun sumber lain yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian. Setelah data-data terkumpul lengkap, kemudian yang dilakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi data-data yang relevan dan yang mendukung dengan penelitian pokok bahasan, untuk selanjutnya dianalisis, simpulan dalam suatu pembahasan yang Pengertian Wanita Karir Wanita karir yang disibukan dengan bekerja di luar rumah sering diistilahkan dengan wanita karir, dimana istilah karir dari segi bahasa merupakan sebuah istilah yang tidak hanya mencakup keikutsertaan dalam pekerjaan tetapi lebih merupakan kesukaan atau ketertarikan pada pekerjaan dalam waktu lama atau mendambakan kemajuan dan peningkatan dalam waktu tertentu. Kemudian, karir dapat diartikan sebagai serangkaian pilihan dan kegiatan pekerjaan yang menunjukkan apa yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat karir berarti wanita yang memiliki pekerjaan dan mandiri finansial baik kerja pada orang lain atau mempunyai usaha sendiri, dimana dalam prosesnya iidentik dengan wanita pintar, modern dan berkompeten. Menjadi wanita karir konvensional dalam arti wanita yang bekerja di luar rumah dan meniti karir sampai puncak adalah mudah, selama memiliki kecakapan yang cukup ditambah dengan kemampuan yang baik. Namun menjadi wanita karir non-konvensional yang menjalankan bisnis dari/dan berkantor dirumah untuk menjaga keseimbangan keberlangsungan keluarga dan pendidikan anak adalah sulit terutama untuk wanita yang mempunyai kecenderungan exibitionist. Namun dalam prosesnya mudah untuk kaum wanita yang lebih mementingkan hasil kolektif dari pada penampakan ego pribadi. Maka, dapat disimpulkan bahwa wanita karir berarti wanita yang memiliki pekerjaan dan mandiri finansial baik kerja kepada orang lain atau mempunyai Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi Mixed Method Bandung Alfabeta, 2018. Abuddin Nata dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam Bandung Remaja Rosda Karya, 2003. Zainal Abidin, “Kesetaraan Gender Dan Emansipasi Perempuan Dalam Pendidikan Islam,” Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan 12, no. 01 23 Februari 2017 1–17.. 848 AL QUDS Jurnal Studi Alquran dan Hadis vol. 6, no 2, 2022 usaha sendiri yang identik dengan wanita pintar, modern dan berkompeten tergantung bagaimana bisa membawa diri secara agama dan sosial. Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menunjukkan bahwa laki-laki dan wanita merupakan semartabat sebagai manusia, terutama secara spiritual, dimana tiga prinsip dasar yang dibawa Nabi Muhammad Saw yaitu keadilan al-adalah, persamaan al-musawa dan musyawarah al-syura’.Di dalam ajaran Islam wanita merupakan mahluk yang dimuliakan, maka Islam sangat menjaga hak-hak perempuan, baik hak untuk memperoleh pendidikan maupun hak untuk memperoleh pekerjaan dan berkarir. Jauh sebelum gerakan emansipasi dan gender memperjuangkan hak-hak wanita dalam pendidikan dan pekerjaan, ajaran Islam telah memulainya terlebih zaman menyebabkan wanita yang meninggalkan keluarga untuk bekerja semakin menonjol. Sering kali bukan semata-mata untuk mencukupi kebutuhan hidup saja wanita harus bekerja, tetapi didorong oleh faktor-faktor seperti untuk meningkatkan status sosial. Seperti laki-laki yang ingin dihormati dan diakui dalam status dan kedudukannya baik dilingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat, wanita memiliki hasrat yang sama untuk diakui dengan semakin tinggi jabatan atau kedudukan wanita karir ditempat bekerja akan semakin meningkatkan status sosial, penghargaan dan penghormatan masyarakat. Setiap manusia, termasuk wanita mempunyai kebutuhan untuk menjalin relasi sosial dengan orang lain dengan bekerja seorang wanita dapat memenuhi kebutuhan dalam kebersamaan dan menjadi bagian dari suatu kelompok atau komunitas. Karena sosialisasi penting untuk setiap orang dengan mempunyai wawasan dan cara berpikir yang luas untuk meningkatkan kemampuan empati dan kepekaan sosial dan untuk dapat menjadi tempat pengalihan energi secara positif dari berbagai masalah yang menimbulkan tekanan atau stress. Seorang wanita yang bekerja atau berkarir dapat mengekspresikan diri dengan cara yang kreatif dan produktif untuk menghasilkan sesuatu dan mendatangkan kebanggaan terutama jika dalam hal prestasi dengan mendapatkan penghargaan dan umpan balik yang positif. Wanita berusaha menemukan arti, identitas diri dan pencapaian dalam mendatangkan rasa percaya diri dan kebahagiaan. Pada hakikatnya bekerja merupakan fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas manusia sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus Siti Mu’riah, Nilai-nilai Pendidikan Islam dan Wanita Karier Semarang Rasail Media Group, 2011.. Ismiyati Muhammad, “Wanita Karir Dalam Pandangan Islam,” AL-WARDAH Jurnal Kajian Perempuan, Gender Dan Agama 13, no. 1 7 Juni 2020 107–16, doi m Masripah Kebolehan Wanita Berkarir Dalam Pandangan Al-Quran 849 meninggikan martabat sebagai hamba Allah Swt yang mengelola seluruh alam sebagai bentuk dari cara dalam mensyukuri kenikmatan Allah Swt. Islam memberi hak dalam berkarya untuk kaum wanita sebagaimana hak dalam bekerja untuk kaum pria. Maka, tidak ada satu pun pekerjaan yang dihalalkan agama diharamkan atas wanita dan hanya diperbolehkan bagi kaum pria saja. Islam tidak membedakan dalam pembuatan syari`at tasyrî` antara pria dan wanita. Hanya saja berkaitan dengan hak dalam bekerja wanita yang tidak boleh bekerja tanpa persetujuan suami karena aturan keluarga dan hak-hak perkawinan menghendaki agar wanita memelihara kehidupan rumah tangga dan mementingkan kewajiban dalam kehidupan dalam meniti karir masih dipandang sebagai kelompok wanita dalam arti belum banyak yang memandang sebagai pribadi manusia yang mempunyai kemampuan tertentu. Tentu saja hal yang akan menghambat cita-cita wanita karir karena dalam meniti karir selalu menoleh kebelakang. Wanita selalu mendengarkan penilaian masyarakat yang tidak jarang memberi nilai negatif karena tidak bekerja sesuai dengan kodrat wanita dimana seolah-olah tugas wanita sudah dikondisikan secara tertentu dan akan menjadi hal buruk untuk wanita yang keluar dari kondisi yang ditentukan tersebut, sedangkan wanita diciptakan oleh Allāh Swt sebagai makhluk yang mempunyai keistimewaan dan kepentingan yang tersendiri. Dalam Islam yang ditekankan bukanlah memamerkan siapa yang berperan paling banyak, tetapi peran maksimal apa yang dapat diberikan. Peran yang kemudian diakui atau tidak, tidaklah begitu penting. Maka, dapat dirumuskan bahwa wanita karir adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimiliki untuk mencapai kemajuan dalam hidup, pekerjaan atau Karir Dalam Pandangan Al-Quran Al-Quran sebagai kitab umat muslim memang dijadikan pedoman dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya mengenai pembahasan terkait kesetaraan gender antara laki-laki dan wanita. Dengan demikian, dalam Al-Quran juga Yulianti Yulianti, Salmaini Yelly, dan Khotimah Khotimah, “Menjadi Wanita Karir Persepsi Karyawan Muslin Dan Kristen Di Pekanbaru,” TOLERANSI Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama 12, no. 2 8 Juli 2021 166–75, doi Zaitunah Subhan, Al-Quran Dan Perempuan Jakarta Kencana, 2015. 850 AL QUDS Jurnal Studi Alquran dan Hadis vol. 6, no 2, 2022 dibahas mengenai permasalahan ini dimana didapatkan kajian yang menyatakan bahwa Al-Quran merupakan salah satu kitab suci yang mendukung dan menghargai wanita dalam upaya mendapatkan posisi yang sejajar dengan laki-laki, sesuai dengan derajat kemanusiaan secara universal. Adanya persepsi ini ini sebenarnya tidak dipaparkan secara gamblang dalam Al-Quran berkaitan dengan kesetaraan gender atau emansipasi, namun disimpulkan berdasarkan historical yang menyatakan bahwa Islam memberikan perlakuan dan pandangan yang lebih baik dibandingkan dengan doktrin dari ajaran agama lainnya berkaitan dengan tersebut kemudian menjadi indikasi bahwa wanita termasuk konteks yang menarik untuk dibahas dalam ajaran agama Islam, dimana berdasarkan Al-Quran wanita ditempatkan sebagai sosok yang istimewa bahkan, dalam Al-Quran juga terdapat salah satu surah dimana berisikan bahasan terkait dengan wanita yaitu surat An-Nisa. Pada realitasnya, ketika jaman jahiliyah wanita memang tidak diberikan hak secara manusiawi sebagai makhluk ciptaan Allah Swt, sehingga diperlakukan semena-mena oleh laki-laki. Maka, hal inilah yang menjadikan suatu konsep keadilan dimana Allah Swt ingin mengangkat derajat wanita agar diperlakukan secara adil dan setara dengan laki-laki. Berdasarkan Yulianti pada tahun 2021, Islam ternyata tidak hanya memihak pada kaum wanita, melainkan juga memberikan pandangan kesamaan antara hak laki-laki dan wanita. Hal ini terlihat dari misi Rasulullah Saw dimana ingin mengangkat harkat dan martabat kaum wanita. Maka, pandangan Al-Quran terkait dengan wanita karir sebenarnya sah-sah saja. Dalam artian, tidak ada kewajiban yang menyatakan bahwa wanita harus memiliki karir layaknya laki-laki yang wajib memberikan nafkah kepada istri. Namun, wanita tetap memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam menempati pekerjaan dan berbagai posisi di ruang lingkup kehidupan, sehingga apabila wanita memutuskan untuk berkarir adalah bukan hal yang terlarang selama hal tersebut dilakukan untuk tujuan yang baik. Wanita yang berkarir bukan hanya dilakukan sebagai usaha untuk menyaingi laki-laki, dimana Al-Quran memberikan dukungan dan penghargaan kepada wanita yang ingin memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Apabila wanita diberikan kesempatan untuk memasuki dunia kerja, maka wanita memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan diri, sehingga wanita lebih Masripah Kebolehan Wanita Berkarir Dalam Pandangan Al-Quran 851 mandiri secara finansial. Ketika wanita sudah merasa mandiri dan tidak bergantung, maka akan terdapat banyak kemungkinan bahwa wanita tidak menginginkan adanya pendamping hidup ataupun lebih lambat dalam memilih pendamping. Bahkan ada yang memutuskan untuk menjadi individualis selama hidupnya karena merasa mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri. Namun, dalam ajaran agama Islam menikah merupakan suatu ibadah, sehingga Islam memberikan anjuran untuk manusia agar menikah dengan lawan jenisnya sehingga menjadikan wanita yang memiliki kedudukan lebih terhormat dan mulia. Hal ini disebabkan karena melalui menikah, wanita akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar yaitu untuk menjaga suami sekaligus anak, dimana hal ini dipandang mulia di sisi Allah Swt. Wanita seringkali mendapatkan posisi spesial dalam Al-Quran, dimana eksistensinya selalu disebut sebagai sosok yang penting untuk dihormati, dicintai dan dijadikan sebagai sumber yang telah menikah mulai merasa ingin melakukan berbagai kegiatan daripada berdiam diri di rumah. Hal inilah yang memicu timbulnya trend wanita karir atau wanita yang bekerja diluar rumah untuk menjadapatkan penghasilan. Apabila sudah menyandang status sebagai wanita karir, maka wanita merasa bahwa memiliki kehormatan yang lebih terpandang akibat tidak hanya mampu mengelola urusan rumah tangga melainkan juga dapat bermanfaat bagi semua orang di dunia kerja. Padahal, kenyataannya menjadi wanita karir menimbulkan banyak rintangan, seperti intensitas bertemu suami dan anak yang lebih berkurang. Bahkan, keterpaksaan untuk mengasuh anak dan mengurus rumah dengan bantuan asisten rumah tangga. Maka, dalam proses pelaksanaannya sebagai wanita karir tetap harus memenuhi tanggung jawab wanita seperti apabila sudah menikah maka selain meniti karir untuk membantu perekonomian keluarga harus tetap menjalankan kewajibannya untuk mengurus keluarga sebagai seorang istri ataupun ibu. Jangan sampai dengan adanya kesetaraan gender yang semakin diperkuat, menjadikan wanita mulai lalai akan tanggung jawab yang dipikulnya. Sebagai agama yang universal, Islam melalui Al-Quran memberikan pandangan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak dan kewajiban yang sama secara kodrat. Namun, terdapat beberapa batasan apabila perempuan dan laki-laki sudah menjadi keluarga dimana 852 AL QUDS Jurnal Studi Alquran dan Hadis vol. 6, no 2, 2022 keduanya memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing yang harus dipenuhi dan tidak dapat ditukarkan. Eksistensi Wanita Dalam Karir Kebutuhan merupakan pokok untuk bertahan hidup termasuk makanan, pakaian dan tempat tinggal. Sedangkan kebtuhan rumah tangga berkaitan dengan masalah konsumsi, produksi, distribusi dan investasi lainnya. Prinsip ekonomi adalah mengatur semua hal yang berkaitan dengan masaalah tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan kesehariannya, baik secara individu, kelompok maupun masyarakat. Dalam beberapa dekade terakhir, wanita dianggap sebagai sosok yang menempati posisi kedua setelah laki-laki. Dominasi laki-laki yang begitu kuat terjadi ketika muncul masyarakat urban yang mengakibatkan kepemimpinan kaum perempuan dalam kehidupan yang merosot tajam sehingga ditempatkan dalam posisi terpimpin dan terbelakang. Wanita sudah tidak lagi memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki, bahkan beberapa diantaranya memperlakukan wanita dengan semena-mena. Wanita juga dianggap sebagai first property dengan kapasitas seksual dan reproduksi sebagai kekayaan utama dimana muncul banyak anggapan bahwa peran seorang perempuan hanyalah sebagai penghasil keturunan dalam keluarga, sementara kesempatan untuk mereguk pendidikan dan mendapatkan penghasilan ditopang oleh apabila ditelisik lebih dalam terdapat suatu masa dimana perempuan menemui puncak kejayaanya sebagai sosok yang dipuja. Hasyim menyatakan bahwa pada periode Neolitik budaya Timur Tengah memulikan The Mother Goddes atau dewa Ibu., dimana pada masa lampau dikatakan bahwa perempuan menjadi salah satu pusat untuk mencari kepuasan spiritual dimana disepakati sebagai Dewi Ibu Agung. Beberapa contoh Dewa Ibu ini seperti Inana di Sumaria, Ashera di Kanaan, Aphrodit di Yunani, Isthar di Babiolonia, Isis di Mesir. Namun, ternyata setelah terjadi berbagai pergeseran baik sosial, politik, maupun budaya menjadikan eksistensi dari wanita mulai tenggelam, dimana wanita pun kemudian mengalami berbagai masa suram yang harus tertinggal jauh di belakang laki-laki dan mendapatkan ketidakadilan. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa dalam sejarah masa lalu hingga masa ini pandangan terkait Muamar, “Wanita Karir Dalam Prespektif Psikologis Dan Sosiologis Keluarga Serta Hukum Islam.” Masripah Kebolehan Wanita Berkarir Dalam Pandangan Al-Quran 853 perempuan cukup dinamik sesuai dengan tren-tren yang terus berkembang. Saat ini, perempuan kembali dinaikkan derajatnya dengan adanya itu kesetaraan gender. Bahkan wanita pun sudah mencaai taraf kemajuan yang sangat baik dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Wanita tidak lagi terbelengu dalam jurang kebodohan dan ketertinggalan melainkan mulai terdapat emansipasi wanita baik yang digencarkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw atau bahkan berdasarkan historis bangsa Indonesia dimana mulai disadarkan oleh Kartini. Dengan perkembangan situasi dan kondisi dapat menghapuskan persepsi dikotomik dimana membelah kedudukan wanita dan laki-laki dalam suatu kehidupan. Wanita pun akhirnya mulai memiliki peran yang esensial dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun pendidikan. Emansipasi wanita membuat wanita dan laki-laki berada dalam manifestasi yang sama dimana kemudian muncul berbagai trend seperti wanita karir, wanita pekerja, wanita profesi yang menjadi indikasi kebangkitan wanita di dunia. Adanya kebangkitan wanita, seperti wanita karir memang hal yang dicita-citakan dalam aspek ajaran Islam yang telah lebih dulu memberikan pandangan dan penghargaan yang layak serta istimewa kepada perempuan baik menurut sejarah Islam maupun Al-Quran. Kedudukan wanita karir dapat diklasifikasikan, dimana wanita karir dapat dibedakan dalam 2 dua bentuk, yaitu wanita karir yang tidak terikat dengan tali pernikahan dan wanita karir yang terikat dengan tali pernikahan. 1 Wanita karir yang tidak terikat dengan tali penikahan merupakan wanita yang belum pernah menikah atau wanita yang pernah menikah tetapi telah terjadi proses perceraian/talak yang aktif dalam bekerja pada bidang pekerjaan tertentu sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya. Wanita yang tergolong dalam kelompok ini dapat bekerja dengan bebas tanpa adanya keterikatan dan tanggungjawab kepada siapa pun. 2 Wanita karir yang terikat dengan tali pernikahan adalah wanita yang telah melangsungkan pernikahan dengan seorang laki-laki yang ditandai dengan adanya proses aqad nikah yang di dalamnya terjadi sebuah ikatan lahir batin antara si wanita dengan si laki-laki. Hal inilah yang melahirkan ikatan suami istri yang mempunyai hak dan kewajiban Siti Daimah Suryani, “Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Berbasis Ekonomi Kreatif Studi Di Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur” Undergraduate, University of Muhammadiyah Malang, 2018, 854 AL QUDS Jurnal Studi Alquran dan Hadis vol. 6, no 2, 2022 Maka, keduanya mempunyai keterikatan dalam hal keseimbangan pemenuhan hak dan kewajiban di antara keduanya. Suami istri mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam ajaran Islam. Artinya, ketika seorang suami menunaikan kewajibannya terhadap istri, maka pada saat itu pula istri telah menerima hak dari suaminya. Seorang suami harus bertanggung jawab terhadap seluruh kehidupan keluarga mulai dari memelihara, memimpin dan membimbing keluarga secara lahir dan batin serta bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan keluarganya. Apabila kewajiban ini telah terlaksana dengan baik, maka kehidupan keluarga akan berjalan dengan baik. Kedudukan Hukum Terhadap Wanita Karir Terdapat berbagai pendapat terkait dengan wanita karir yang semuanya berdasarkan alasan tersendiri, yaitu diantaranya1. Melarang Wanita Menjadi Wanita Karir Menurut ulama yang berpendapat melarang wanita menjadi wanita karir pada dasarnya hukum karir wanita di luar rumah adalah terlarang karena dengan bekerja di luar rumah maka akan ada banyak kewajiban yang harus ditinggalkan. Misalnya melayani keperluan suami, mengurusi dan mendidik anak serta hal lainnya yang menjadi tugas dan kewajiban seorang istri dan ibu. Padahal semua kewajiban ini sangat melelahkan yang membutuhkan perhatian khusus. Semua kewajiban ini tidak mungkin terpenuhi kecuali kalau seorang wanita tersebut memberi perhatian khusus padanya. Larangan ini didasarkan bahwa suami diwajibkan untuk membimbing istrinya pada jalan kebaikan sedang istri diwajibkan mentaatinya. Begitu pula dengan hal dunia laki-laki dan wanita, maka islam menjadikan laki-laki diluar rumah untuk mencari nafkah bagi keluarganya, sebagaimana hadist Rasullulah Saw  “dan hak para istri atas kalian suami agar kalian memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang ma’uf.” Riwayat Muslim Kemudian, tempat wanita dijadikan di dalam rumah untuk mengurusi anak, mendidiknya, mempersiapkan keperluan suami serta urusan rumah tangga dan lainnya, dimana Rasulullah Saw menggambarkan hal ini dalm hadist Subhan, Al-Quran Dan Perempuan.. Masripah Kebolehan Wanita Berkarir Dalam Pandangan Al-Quran 855  “dan wanita adalah pemimpin dirumah suaminya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.” Riwayat Bukhori 2. Memperbolehkan Wanita Berkarir di Luar Rumah Jika memang ada sesuatu yang sangat mendesak untuk berkarirnya wanita diluar rumah maka hal ini diperbolehkan. Namun harus dipahami bahwa sebuah kebutuhan yang mendesak ini harus ditentukan dengan kadarnya yang sesuai sebagaimana sebuah kaidah fiqhiyah yang masyhur dan kebutuhan yang mendesak seperti a. Rumah tangga memerlukan kebutuhan pokok yang mengharuskan wanita bekerja Misalnya karena suaminya atau orang tuanya meninggal dunia atau keluarganya sudah tidak bisa memberi nafkah karena sakit atau lainnya, sedangkan negara tidak memberikan jaminan pada keluarga semacam mereka. Sebagaimana kisah yang difirmankan oleh Allah Swt dalam Al-Quran surat Al-Qashash ayat 23 dan 24                            “dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternaknya. Musa berkata "Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?" Kedua wanita itu menjawab "Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” Al-Qoshos Ayat 23                “Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” Al-Qoshos Ayat 24 856 AL QUDS Jurnal Studi Alquran dan Hadis vol. 6, no 2, 2022 Dalam Al-Quran surat Al-Qoshos ayat 23 dan ayat 24 di atas yang dimaksud dengan khair kebaikan dalam ayat ini menurut sebagian besar ahli tafsir ialah barang sedikit Tenaga wanita tersebut dibutuhkan oleh masyarakat, dan perkerjaan tersebut bisa dilakukan oleh laki-laki Hal yang menunjukkan hal ini adalah bahwa di zaman Rasulullah Saw terdapat para wanita yang bertugas membantu kelahiran, semacam dukun bayi atau bidan pada saat ini. Juga saat itu ada wanita yang mengkhitan anak-anak wanita dan yang dhohir bahwa perkerjaan ini mereka lakukan di luar rumah. Pada zaman ini bisa ditambahkan yaitu dokter wanita spesialis kandungan, perawat saat bersalin, tenaga pengajar yang khusus mengajar wanita dan yang sejenisnya. Diantara pekerjaan wanita yang ada pada zaman Rasululloh Saw adalah apa yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik berkata “Rasululloh Saw berperang bersama Ummu Sulaim dan beberapa wanita anshor, maka mereka memberi minum dan mengobati orang yang Wanita Karir Wanita karir atau wanita berkarir dalam secara bahasa dimaknai sebagai wanita dewasa yang berkecimpung dalam kegiatan profesi. Dalam istilah lain dikenal juga multi burden yang didefinisikan sebagai wanita yang bekerja di luar rumah atau berkiprah di ruang publik dan sosial kemasyarakatan. Fenomena wanita bekerja atau berkarir bukan hal baru di tengah masyarakat, dimana dalam konteks Indonesia sebagai negara berkembang, terdapat banyak wanita yang memiliki pekerjaan untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga atau keluarga. Manusia sebagai abdullah maupun khalifallah tidak mendikotomikan antara pria dan wanita. Martabat antara kedua jenis kelamin itu sama, baik dalam tanggung jawab, prestasi ibadah maupun soal hak yang berkaitan dengan kehidupan. Demikian pula halnya antara pria dan wanita wajib terlibat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mapan demi tercapainya keluarga yang sakinah mawaddah kemitrasejajaran antara pria dan wanita seharusnya tidak lagi menjadi persoalan namun dalam kenyataannya, berbagai bentuk ketidakadilan terhadap wanita masih saja menjadi persoalan yang serius. Munir Mulkhan Al-Quran Al-Karim dan Terjemahnya Kemneterian Agama Republik Indonesia Mu’riah, Nilai-nilai Pendidikan Islam dan Wanita Karier.. Muhammad, “Wanita Karir Dalam Pandangan Islam.” Masripah Kebolehan Wanita Berkarir Dalam Pandangan Al-Quran 857 menyebutkan bahwa dalam memahami ketidakadilan yang dialami kaum wanita, setidaknya terdapat tiga persoalan yang perlu dicermati, yaitu diantaranya 1 Tradisi Islam di dalam fikih yang menempatkan wanita sebagai pembangkit birahi seksual, 2 Konsumerisme tubuh wanita dalam peradaban modem industrial, 3 Tradisi lokal khususnya Jawa yang menempatkan kaum wanita sebagai penumpang kamukten kemuliaan pria. Maka, indikator penghambat optimalisasi wanita Islam dalam kaitannya dengan tuntutan persamaan hak pria dan wanita adalah interpretasi keagamaan dan pengaruh mitos, struktur sosial, dan wanita sebagai minoritas yang unik. Islam telah mengangkat status wanita ke dalam status yang layak sebagai manusia yang bermartabat sebagaimana pria. Untuk selanjutnya pria dan wanita dipandang sejajar dan segi kemanusiaannya. Allah Swt berfirman dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13                     “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang pria dan seorang wanita dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” Al-Hujurat 13 Ayat di atas tidak membedakan antara pekerjaan atau amal shalih yang dilakukan oleh pria dan wanita. Bahkan Allah Swt menyatakan bahwa bagi siapa yang bekerja maka ia akan mendapatkan kehidupan yang baik dan berkualitas. Islam masa awal, wanita sering membantu pekerjaan luar pria dan diperkenankan bergerak secara bebas di antara pria. Asmah, putri khalifah pertama Abu Bakar yang biasa membantu suaminya dalam pekerjaan lapangannya seperti memberikan makanan kuda, mengambilkan air, mengambil buah-buahan dari ladangnya dan sebagainya. Bahkan pada masa ini pula wanita telah memegang pospos formal kewenangan di masyarakat seperti al-Syafa binti Abdullah yang berkali-kali ditunjuk oleh Abu Bakar sebagai pengawas pasar di Madinah. Hal ini menunjukkan bahwa wanita bekerja di luar rumah tidaklah dilarang oleh Islam, bahkan merupakan suatu keharusan apabila kebutuhan keluarganya tidak ada orang lain yang menanggungnya. Berdasarkan penelaahan Al-Quran dan hadis semakin jelas bahwa wanita karir atau wanita yang bekerja di luar rumah adalah 858 AL QUDS Jurnal Studi Alquran dan Hadis vol. 6, no 2, 2022 suatu hal yang tidak perlu dipermasalahkan lagi, selama hal itu dilakukan sesuai dengan fungsi, kodrat dan fitrah sebagai Quraish Shihab menjelaskan bahwa wanita mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut, serta pekerjaan tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan serta dapat pula menghindari dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya. Senada dengan pernyataan di atas. Zakiyah Darajat menjelaskan bahwa dalam lapangan kerja yang cocok dengan kodratnya, wanita juga dituntut untuk aktif bekerja. Banyak lapangan pekerjaan yang cocok dengan wanita, hanya saja harus selalu ingat dengan kodrat sebagai wanita yang melekat pada dirinya. Pria dan wanita diciptakan dari zat yang satu yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan memiliki kecenderungan antara yang satu terhadap yang dan kesetiaan merupakan persoalan yang fundamental dalam kehidupan berumah tangga dan berkeluarga, sehingga apabila kesetiaan dilanggar oleh satu pihak akan membuat rumah tangga atau keluarga menjadi berantakan. Seorang wanita karir yang telah melanggar kesetiaan terhadap suaminya dalam prosesnya akan seenaknya mengabaikan tugas rumah tangga, dimana akan dengan mudah melakukan tindakan penyelewengan, tidak jujur kepada diri sendiri, kepada suaminya, harta bendanya dan bahkan kepada anak-anaknya. Maka, jelaslah bahwa dalam ajaran Islam tidak ada halangan bagi seorang wanita untuk berkarir selama dalam karirnya selalu memperhatikan nilai etis, akhlak karimah dan tidak melupakan kodrat kewanitaannya baik kodrat fisik maupun psikis. Peran wanita karir dalam membentuk keluarga sakinah adalah dambaan dan merupakan tujuan hidup bagi setiap orang yang berkeluarga dan sekaligus merupakan bukti kekuasaan dan keagungan Allah Swt. Kesetaraan Wanita Dalam Berkarir Adanya gerakan feminisme atau emansipasi wanita ini memang harus terus digencarkan sebagai koridor dalam semangat pembaruan untuk mengembalikan kedudukan wanita dimana sebenarnya sudah digariskan dalam Islam melalui Al-Quran dan Hadits. Adapun gerakan feminisme ini jangan sampai dilakukan dengan membabi buta layaknya budaya Barat dimana hal ini mungkin Al-Quran Al-Karim dan Terjemahnya Kemneterian Agama Republik Indonesia Huzaimah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer Jakarta Ghalia Indonesia, 2010. Masripah Kebolehan Wanita Berkarir Dalam Pandangan Al-Quran 859 saja memicu kerusakan tatanan umat Islam karena kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslimah. Untuk itu, wanita juga harus menyadari bahwa kesempatan dan keadilan yang didapatkannya ini harus diimbangi dengan tanggung jawab dan peran yang harus dipenuhi. Islam sudah menempatkan wanita dalam kedudukan yang mulai dimana Islam memandang wanita merupakan sosok dengan kelembutan dalam berbagai aspek. Berkaitan dengan kesetaraan gender dimana wanita memilih untuk mengambil peran ganda yakni sebagai pengurus keluarga dan wanita karir, ternyata perempuan yang bekerja di luar rumah tidak bertentang dengan firman Allah Swt Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 228    “... dan bagi laki-laki suami mempunyai stau kelebihan derajat dari perempuan istrinya.. Al-Baqarah 228 Kemudian, Allah Swt berfirman dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 34                  “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka laki-laki atas sebagian yang lain perempuan, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka...” An-Nisa 34 Berdasarkan ayat tersebut, maka terlihat bahwa perempuan tidak memiliki kewajiban untuk mencari nafkah, dalam artian perempuan tidak wajib menjadi wanita karir karena peran mencari nafkah secara tegas telah digariskan dalam Al-Quran yang harus dipikul laki-laki. Walaupun demikian, Islam tidak melarang apabila wanita melakukan suatu peran dimana yang terpenting adalah tidak bertentangan dengan kodratnya karena Islam tidak membedakan laki-laki maupun perempuan dalam hal karir ini tidak dilarang dalam Islam dimana baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan dengan tujuan yang baik, maka akan diberikan pahala yang lebih baik dari apa yang dikerjakan. Dengan Al-Quran Al-Karim dan Terjemahnya Kemneterian Agama Republik Indonesia 860 AL QUDS Jurnal Studi Alquran dan Hadis vol. 6, no 2, 2022 demikian, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam suatu kerjaan yang dilakukan sehingga keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk mengerjakan kebajikan. Terdapat banyak hal yang dijelaskan dalam Islam mengenai hak dan kewajiban wanita yang diberikan serta adanya kesempatan yang sama antara wanita dan pria. Namun, apabila persoalan mengenai kodrat dan martabat wanita, Islam sendiri sudah menempatkan sesuai dengan kedudukan dan posisinya masing-masing. Sebenarnya terdapat beberapa alasan, yang mendukung wanita menjadi seorang wanita karir. Beberapa batasan keadaan yang membolehkan wanita bekerja di luar rumah, yaitu diantaranya 1 Rumah tangga membutuhkan biaya yang lebih untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Terutama pada keadaan dimana suami meninggal dunia, sedang sakit, atau hal-hal lain yang menyebabkan pendapatkan keluarga tidak mampu menopang kebutuhan, 2 Masyarakat membutuhkan tenaga wanita dimana hanya sesuai dilakukan oleh karakter wanita. Adapun beberapa profesi yang menuntut kehadiran wanita seperti dokter, dosen, guru, maupun pembimbing sosial yang membutuhkan wanita untuk berkontribusi di dalamnya. Wanita juga dibutuhkan dalam suatu jasa pelayanan kecantikan, majalah wanita, maupun akuntan wanita pada perbankan Islam. Maka, adanya trend wanita karir ini tidak dapat dilarang selama pekerjaan tersebut masih sesuai dengan kodrat seorang dalam model penafsiran sekalipun hendak pergi k emasjid, istri tetap harus meminta izin terlebih dahulu kepada suami, apalagi jika hendak pergi bekerja. Namun. wanita karer yang biasa bekerja di luar rumah, tidak perlu meminta izin kepada suami setiap kali hendak pergi ke luar untuk bekerja, dalam arti meminta persetujuan boleh tidaknya bekerja, sebab dengan bekerjanya istri di luar rumah pastinya istri sudah mendapatkan persetujuan dari suami. Maka yang dimaksud dengan izin disini hanyalah berupa pemberitahuan istri terlebih dahulu kepada suami sebelum mulai bekerja. Wanita karir harus benar-benar mampu menjaga etika Islam yang disyariatkan Allah Swt dalam menjalankan kehidupan karir dengan segala konsekuensi. Hal ini sangat penting terutama saat harus bertemu atau berda dalam lingkungan dengan pria secaraterus-menerus diruang kerja yang sama, bepergian secara bersama-sama dan lain-lain. Usaha preventif yang dapat dilakukan wanita Suryani, “Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Berbasis Ekonomi Kreatif.” Masripah Kebolehan Wanita Berkarir Dalam Pandangan Al-Quran 861 agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran syariat antara lain adalah dengan berpakaian dengan sopan menutup aurat dan bersahaja dalam berbicara dan bertingkah laku, dimana wanita harus dapat menjauhi pekerjaan yang tidak sesuai dengan fitrah sebagai wanita atau dapat merusak harga diri. Meski begitu, dalam berkarir terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan yaitu faktor kelemahan fisik wanita, tugas alamiahnya dan etika yang harus ditaati. Kemudian dengan fisik yang tidak sekuat kaum lelaki, wanita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan berat maupun yang beresiko. Hal ini bukan untuk menghalangi atau membatasi, namun anjuran terkait dengan tugas alamiah wanita, seperti melahirkan, menyusui dan menjaga keluarga, sehingga perlu ada sinergi dengan aktivitasnya di luar rumah. Adapun aspek etika pada dasarnya dimaksudkan untuk mengatur keseimbangan hubungan antara laki-laki dan wanita. Ajaran Islam mengenal yang dinamakan hukum ikthilath atau berbaurnya laki-laki dan perempuan dalam satu tempat tertentu. Ketentuan ini bisa haram atau bisa mubah, dimana akan menjadi haram jika mengandung tiga hal, yaitu berduaan antara laki-laki dan wanita, terbukanya aurat wanita dan ada persentuhan anggota badan antara laki-laki dan wanita. Namun, hukum haram ini tidak berlaku untuk mereka yang berprofesi sebagai tidak ada pelarangan dalam ajaran Islam terhadap kaum wanita untuk berkarir. Bahkan, banyak hadis dan pandangan ulama yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan bermanfaat di luar rumah, namun tentu harus seizin suami bagi yang telah berkeluarga. Ke simpulan Didasarkan tujuan penelitian ini yaitu melakukan pendeskripsian analisis mengenai wanita karir dalam pandangan Al-Quran, kemudian setelah peneliti melakukan pengkajian analisis, maka diperoleh hasil bahwa Islam merupakan agama yang sangat fleksibel dan mengerti terhadap perempuan, dimana berkarir untuk wanita boleh-boleh saja asalkan tidak keluar dari koridor syariat ajaran Islam, yaitu menghindari hal-hal yang bersifat jahiliyyah seperti bercampur-baur dengan laki-laki asing ikhtilath, pamer aurat tabarruj, melembutkan suara dengan maksud memikat hati laki-laki, dan berdua-duaan khalwat dengan bukan muhrim Awing Yunita, “Peran Wanita Karier Dalam Menjalankan Fungsi Keluarga Studi Kasus Pada Wanita Yang Menjabat Eselon Di Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan,” Sosiatri-Sosiologi 1, no. 2 2013 65–75. 862 AL QUDS Jurnal Studi Alquran dan Hadis vol. 6, no 2, 2022 yang bisa menimbulkan fitnah. Kemudian dalam pelaksanaannya harus mendapat izin orang tua kalau belum menikah atau suami, serta menjaga pandangannya ghadhdh al-bashar dan dengan alasan yang tidak bertentangan dengan syariat ajaran Islam. Bi bliografi Abidin, Zainal. “Kesetaraan Gender Dan Emansipasi Perempuan Dalam Pendidikan Islam.” Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan 12, no. 01 23 Februari 2017 1–17. Muamar, Afif. “Wanita Karir Dalam Prespektif Psikologis Dan Sosiologis Keluarga Serta Hukum Islam.” Equalita Jurnal Studi Gender Dan Anak 1, no. 1 30 Agustus 2019 21–37. doi Muhammad, Ismiyati. “Wanita Karir Dalam Pandangan Islam.” AL-WARDAH Jurnal Kajian Perempuan, Gender Dan Agama 13, no. 1 7 Juni 2020 107–16. doi Mu’riah, Siti. Nilai-nilai Pendidikan Islam dan Wanita Karier. Semarang Rasail Media Group, 2011. Nata, Abuddin, dan Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung Remaja Rosda Karya, 2003. Subhan, Zaitunah. Al-Quran Dan Perempuan. Jakarta Kencana, 2015. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi Mixed Method. Bandung Alfabeta, 2018. Suryani, Baiq Siti Daimah. “Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Berbasis Ekonomi Kreatif Studi Di Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur.” Undergraduate, University of Muhammadiyah Malang, 2018. Wakirin, Wakirin. “Wanita Karir Dalam Perspektif Islam.” Al-I’tibar Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 1 Agustus 2017 1–14. doi Yanggo, Huzaimah Tahido. Fikih Perempuan Kontemporer. Jakarta Ghalia Indonesia, 2010. Yulianti, Yulianti, Salmaini Yelly, dan Khotimah Khotimah. “Menjadi Wanita Karir Persepsi Karyawan Muslin Dan Kristen Di Pekanbaru.” TOLERANSI Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama 12, no. 2 8 Juli 2021 166–75. doi Yunita, Awing. “Peran Wanita Karier Dalam Menjalankan Fungsi Keluarga Studi Kasus Pada Wanita Yang Menjabat Eselon Di Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan.” Sosiatri-Sosiologi 1, no. 2 2013 65–75. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this YuliantiSalmaini YellyKhotimah KhotimahSecara historis, perempuan dianggap berada pada kelas kedua, setelah laki-laki. Namun, hari ini sudah banyak perempuan yang sudah berkiprah dalam sejarah. Banyak dari mereka yang kemudian dihormati dan sejajar dengan laki-laki. Penelitian ini dilakukan terhadap Karyawan Muslim dan Kristen pada Perusahaan Finansia Multi Finance Kredit Plus di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Dengan teknik wawancara yang mendalam, penelitian ini menegaskan bahwa bahwa banyak diantara mereka memandang menjadi wanita karir itu positif dari pada negatif. Baik menurut Islam maupun Kristen, hanya saja yang berbeda keyakinan dan pesan wanita itu bekerja, yang pada intinya sama menginginkan tujuan satu, yaitu upah atau honor untuk menghidupi MuhammadWanita Karir berarti wanita yang memiliki pekerjaan dan mandiri finansial baik kerja pada orang lain atau punya usaha sendiri. Ia identik dengan wanita pintar dan perempuan modern. Ketiga label ini bisa positif tapi juga negatif tergantung bagaimana dia bisa membawa diri secara agama dan sosial. Ada beberapa alasan kenapa wanita terjun dalam dunia karier, antara lain adalah faktor pendidikan yakni dengan pendidikan dapat melahirkan wanita karier, keadaan dan kebutuhan yang mendesak dalam keluarga, alasan ekonomis yakni sebagian kaum perempuan tidak ingin bergantung terus pada suami, untuk mengisi waktu lowong yakni perempuan merasa bosan atau jenuh jika berada dirumah terus, untuk mencari ketenangan dan hiburan apabila terjadi kemelut dalam keluarga yang tidak berkesudahan perempuan mencari kegiatan diluar rumah, mengembangkan bakat. Islam datang mengangkat harkat wanita setara dengan kaum pria dalam hakekat kemanusiannya dan mendapatkan hak-hak yang wajar sebagaimana kaum pria. Seiring dengan berubahnya cara pandang masyarakat terhadap peran dan posisi kaum wanita di tengah masyarakat,Kesimpulan dari makalah ini adalah Islam adalah agama yang sangat fleksibel dan mengerti terhadap perempuan namun tetap mempunyai aturan mainnya sendiri. Dimana wanita karir dalam Islam memang diperbolehkan asalkan mendapatkan ijin dari suami dan bekerja untuk membantu keluarga, ini akan jadi sebuah kegiatan yang menyenangkan apalagi jika didasari oleh dalam pelaksanaannya harus mendapat izin orang tua kalau belum menikah atau suami, serta menjaga pandangannya ghadhdh al-bashar dan dengan alasan yang tidak bertentangan dengan syariat ajaran IslamYang Bisa MenimbulkanFitnahyang bisa menimbulkan fitnah. Kemudian dalam pelaksanaannya harus mendapat izin orang tua kalau belum menikah atau suami, serta menjaga pandangannya ghadhdh al-bashar dan dengan alasan yang tidak bertentangan dengan syariat ajaran Gender Dan Emansipasi Perempuan Dalam Pendidikan IslamBibliografi AbidinBibliografi Abidin, Zainal. "Kesetaraan Gender Dan Emansipasi Perempuan Dalam Pendidikan Islam." Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan 12, no. 01 23 Februari 2017 Remaja Rosda KaryaAbuddin NataJaih DanMubarokMetodologi StudiIslamNata, Abuddin, dan Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung Remaja Rosda Karya, 2003. Subhan, Zaitunah. Al-Quran Dan Perempuan. Jakarta Kencana, 2015. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi Mixed Method. Bandung Alfabeta, Perempuan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Berbasis Ekonomi Kreatif Studi Di Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok TimurBaiq SuryaniSiti DaimahSuryani, Baiq Siti Daimah. "Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Berbasis Ekonomi Kreatif Studi Di Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur." Undergraduate, University of Muhammadiyah Malang, 2018. Jurnal Pendidikan IslamWakirin WakirinWakirin, Wakirin. "Wanita Karir Dalam Perspektif Islam." Al-I'tibar Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 1 Agustus 2017 1-14. doi Wanita Karier Dalam Menjalankan Fungsi Keluarga Studi Kasus Pada Wanita Yang Menjabat Eselon Di Pemerintah Daerah Kabupaten BulunganAwing YunitaYunita, Awing. "Peran Wanita Karier Dalam Menjalankan Fungsi Keluarga Studi Kasus Pada Wanita Yang Menjabat Eselon Di Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan." Sosiatri-Sosiologi 1, no. 2 2013 65-75.
RasulullahSAW bersabda,"Wanita adalah tiang negara, apabila baik wanita maka baiklah negara dan apabila rusak wanita maka rusaklah negara". Ada tiga peran yang sangat mulia yang dapat dilakukan muslimah sebagai wujud rasa syukur pada Allah atas segala potensi yang ada. Peran tersebut adalah peran sebagai mar'atus shalihat (wanita yang shalih).
Wanita dikatakan sebagai perhiasan dunia, dan perhiasan dunia terbaik adalah sosok wanita shalihah. Karena itulah jika Anda ingin menjadi wanita terbaik maka pastikanlah untuk menjadi wanita shalihah. Sebagai umat muslim, menjadi sosok perempuan shalihah tentunya bukan perkara mudah. Menjadi wanita shalihah harus dibentuk kepribadiannya dari kecil, Pasalnya ada beberapa hal yang harus dipenuhi sebagai salah satu kewajibannya. Beberapa hal tersebut berkaitan dengan sikap yang dimilikinya. Ingin tahu apa saja? Simaklah uraian penjelasannya berikut ini  Sikap dan ciri-ciri wanita shalihah1. Beriman 2. Menjaga air wudhu dan sholat lima waktu 3. Menjaga hijab dan menutup aurat 4. Taat pada suami 5. Mendidik anak untuk taat pada Allah 6. Tidak berkhalwat atau berduaan dengan lelaki lain 7. Tidak menyerupai atau seperti laki-laki8. Menyeru pada jalan yang baik 9. Menjaga hati 10. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya 11. Memiliki rasa malu12. Sabar 13. Betah untuk tinggal di rumahSebutkan Sikap dan ciri-ciri wanita shalihah?Mengapa menjaga hijab dan menutup aurat sangat penting untuk wanita muslimah?Kenapa wanita lebih baik tinggal dirumah daripada beraktivitas diluar rumah?Sikap dan ciri-ciri wanita shalihahWanita shalihah hadir dengan beberapa sikap istimewa. Sikap tersebut mencerminkan jati dirinya sebagai perempuan terbaik dan tentunya menjadi ciri-ciri utama yang dimilikinya. Berikut uraian penjelasannya  1. Beriman Photo by Mohamed Nohassi on UnsplashCiri pertama dari wanita shalihah yang menjadikannya sebagai sosok perempuan terbaik adalah sikapnya yang beriman, baik itu beriman pada Allah SWT sebagai Tuhan YME atau bahkan beriman kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasulnya. Sebagai pribadi yang beriman tentunya perempuan tersebut pun akan berpedoman pada ajaran agama islam selama hidupnya. Hal ini bahkan ditunjukkannya melalui setiap perkataan atau bahkan perbuatan yang dilakukannya. karena itulah mereka yang beriman umumnya akan banyak mengerjakan hal baik sebagai amalan yang dapat diperbuatnya selama Tidak hanya itu, perempuan shalihah yang beriman juga sangat takut akan murka Allah SWT. Karena itulah mereka menjauhi apa pun yang memang dilarang untuk dilakukan oleh umatNya. Bahkan mereka paham betul bahwa jika mereka melakukan kesalahan sedikit saja, maka siksa yang pedih akan segera menantinya. Oleh sebab itu, wanita atau perempuan yang beriman tentunya tidak akan melakukan hal yang menyimpang dari ajaran agama islam dalam 2. Menjaga air wudhu dan sholat lima waktu Menjadi perempuan terbaik dan shalihah tentunya tidak akan melepaskan kewajiban yang harus dijalaninya. Dalam hal ini mereka akan selalu menjaga air wudhu yang dimilikinya dan tentu saja mereka pun akan berusaha untuk selalu menunaikan sholat lima waktu secara tepat waktu dan dalam kondisi khusyuk. Mereka pun tidak akan terganggu dengan hal apa pun yang dapat melalaikan ibadah sholat yang dilakukannya, sehingga buah dari ibadah itu pun akan nampak jelas padanya. Hal ini ditandai dengan keberadaan dirinya yang dapat terhindar dari beragam jenis perbuatan keji serta munkar. Bahkan dengan mengutamakan sholat, maka perempuan shalihah pun akan terhindar dari beragam perbuatan maksiat yang mungkin saja akan 3. Menjaga hijab dan menutup aurat Ciri selanjutnya dari wanita atau perempuan muslim adalah keberadaan mereka yang hadir dengan menutup aurat dalam hal ini berjilbab. Bahkan mereka umumnya menjaga hijabnya dengan senang hati dan tanpa paksaan. Dengan kata lain, mereka tidak akan keluar kecuali dalam keadaan berjilbab dengan rapi dan menutup aurat. Menutup aurat juga menjadi cerminan dirinya sebagai perempuan terbaik yang pandai bersyukur. Karena secara tidak langsung mereka telah bersyukur atas kehormatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan dengan berhijab mereka juga telah menjaga kesucian yang dimilikinya4. Taat pada suami Photo by Ramiz Dedaković on UnsplashJika Anda seorang wanita yang telah menikah, maka menjadi sosok perempuan terbaik dapat Anda tunjukkan dengan mentaati apa yang dikatakan suami. Dalam hal ini, umumnya sikap tersebut ditandai dengan tindakan seiya sekata, menyayanginya, kemudian mengajaknya dalam kebaikan, saling menasehati, menjaga kesejahteraan, tidak mengeraskan suara atau bahkan berkata yang tidak baik padanya juga tidak menyakiti hatinya. Karena sejatinya surganya seorang istri shalihah ada pada Sementara itu, jika Anda seorang wanita muslimah yang belum menikah, maka taatilah kedua orang tua. Karena surga yang Anda inginkan itu berada pada ridho kedua orang tua, terutama ibu. Untuk itu, pastikanlah Anda menyayangi mereka dan melakukan setiap hal baik yang 5. Mendidik anak untuk taat pada Allah Bagian selanjutnya yang juga dapat menunjukkan ciri-ciri bahwa Anda adalah perempuan shalihah terbaik adalah menjadi sosok terbaik bagi anak-anak yang Anda miliki. Dalam hal ini, pastikan untuk mendidik anak-anak agar mereka menjadi pribadi yang taat pada Allah SWT. Hal ini dapat Anda lakukan dengan mengajarkan aqidah yang baik dan benar. Selain itu, tanamkan pula rasa cinta ke dalam hatinya pada Tuhan YME yaitu Allah SWT serta rasulullah Nabi Muhammad SAW. Pasalnya dengan rasa cinta yang tertanam dalam diri mereka, maka anak-anak Anda pun dapat terhindar dari maksiat serta beragam perilaku atau tindakan tercela dengan lebih Dalam salah satu ayat Al-Qur’an bahkan telah dinyatakan dengan jelas bahwa orang yang beriman di antaranya wanita shalihah diwajibkan untuk menjaga diri serta keluarga yang dimilikinya dari api neraka yang mana bahan bakarnya pun terdiri dari pada manusia 6. Tidak berkhalwat atau berduaan dengan lelaki lain Sebagai seorang muslimah, tentunya Anda pun harus tahu bahwa seorang wanita shalihah tidak akan pernah melakukan perjalanan jauh terkecuali jika perjalanan tersebut dilakukan bersama dengan mahramnya. Bahkan mereka pun dilarang untuk menghadiri pasar atau bahkan tempat umum terkecuali jika berada dalam kondisi terdesak dan itu pun dapat dilakukannya jika ia menutup diri dengan hijab secara Berbicara mengenai tindakan barkhalwat atau berdua-duaan juga telah ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW melalui sabdanya yang menyatakan bahwa jika seorang wanita berdua-duaan atau berkhalwat dengan seorang lelaki, maka sudah dapat dipastikan bahwa setan akan menjadi pihak ketiga di antaranya Dalam hadis lainnya, Nabi Muhammad SAW juga menjelaskan bahwa wanita dilarang untuk melakukan perjalanan dengan jarak yang sangat jauh seperti halnya perjalanan yang menghabiskan waktu sehari semalam. Terkecuali jika perjalanan tersebut dilakukan beserta 7. Tidak menyerupai atau seperti laki-lakiWanita terbaik juga tidak akan menunjukkan sikap yang menyerupai laki-laki. Dalam hal ini mereka tidak akan menyerupai hal-hal khusus yang menjadi ciri-ciri dalam diri laki-laki. Karena seperti yang Anda tahu, Allah SWT pun bahkan melaknat siapa saja wanita yang menyerupai laki-laki dan tentunya laki-laki yang juga menyerupai Selain itu, perempuan atau wanita shalihah juga tidak akan tampil menyerupai wanita kafir, utamanya dalam hal-hal yang menyerupai mereka. Baik itu dari ciri berpakaian, tingkah laku atau pun gerak-gerik yang 8. Menyeru pada jalan yang baik Ciri selanjutnya yang ditunjukkan oleh perempuan shalihah sebagai wanita terbaik adalah mereka selalu menyeru pada kebaikan. Seperti halnya ditunjukkan melalui perkataannya yang baik di antara sesama muslim dan wanita shalihah lainnya, berkunjung pada saudaranya atau bersilaturahmi dengan sesama saudara muslim, saling berhubungan dengan cara yang baik entah itu dengan menggunakan alat komunikasi seperti halnya melalui telepon atau bahkan Selain itu, wanita yang baik juga akan melakukan apa yang telah dikatakannya, utamanya dalam hal kebaikan. Kemudian menjaga diri serta seluruh anggota keluarganya untuk berada di jalan yang lurus. Dalam hal ini, perempuan tersebut akan berusaha untuk menjaga diri dan keluarga serta menghindari siksa Allah 9. Menjaga hati Photo by Giulia Bertelli on UnsplashSelain tindakan menjaga diri yang dilakukan dengan cara menutup aurat, sifat terbaik juga ditunjukkan oleh perempuan shalihah dengan menjaga hati yang dimilikinya. Dalam hal ini proses menjaga hati tersebut ditunjukkan dengan cara menahan diri dari syubhat maupun syahwat. Bahkan mereka juga menjaga mata yang dimilikinya agar tidak melihat hal-hal yang memang diharamkan untuknya. Hal ini sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam ayat Al-Qur’an yang menyatakan untuk menjaga pandangan, kemaluan, serta tidak menampakan perhiasan terkecuali apa yang memang ada pada Selain itu, wanita shalihah juga dapat menjaga fajrinya dengan tidak mendengarkan hal-hal yang dapat membuatnya berdosa. Kemudian memelihara semua bagian tubuh yang dimilikinya dari hal-hal menyimpang yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan melakukan hal tersebut, maka dirinya telah 10. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya Sebagai umat muslim yang bersyukur atas setiap nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, maka tidak pantas jika setiap waktu yang berlalu dihabiskan secara percuma dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Untuk itu, perempuan terbaik tentunya akan memanfaatkan waktu yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya, entah itu pada pagi hari, siang atau bahkan malam Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghabiskan waktu dengan tidak sia-sia adalah menghindarkan diri dari kegiatan ghibah atau menggunjing, kemudian namimah atau tindakan mengadu domba, mencaci maki dan juga beragam tindakan yang tidak memberikan manfaat 11. Memiliki rasa maluRasa malu yang ada pada diri perempuan dikenal sebagai fitrah yang bahkan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Bahkan dengan rasa malu yang dimilikinya, maka akhlak pun akan muncul dan dapat menghindarkannya dari beragam perbuatan tercela. Dengan kata lain, melalui rasa malu yang ada pada dirinya maka perempuan tersebut dapat menghilangkan keburukan, menghentikannya dari sifat lalai atau bahkan mencegah munculnya perilaku buruk yang dilakukan pada orang Merujuk pada hal tersebut, maka malu pun dapat dikatakan sebagai salah satu sikap wanita yang masuk pada kategori dari akhlak mulia. Apalagi jika sikap tersebut digunakan dalam hal yang baik dan berada pada batasan yang baik 12. Sabar Sikap yang satu ini tidak hanya wajib dimiliki kaum wanita saja, tetapi sebagai umat muslim yang beriman tentunya semua orang termasuk laki-laki pun harus menjadi pribadi yang sabar. Bagi wanita shalihah, sabar menjadi sikap yang wajib untuk dimiliki utamanya ketika mereka ada dalam posisi tertentu. Seperti halnya bagi para ibu rumah tangga yang tentunya harus barsabar dalam menghadapi berbagai macam tingkah yang ditunjukkan oleh anak-anaknya atau bahkan menghadapi keluh kesah yang dilontarkan oleh 13. Betah untuk tinggal di rumahSeperti yang Anda ketahui, saat ini banyak wanita yang melakukan aktivitas di luar rumah. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan yang harus dilakukannya di luar ruangan. Padahal bagi wanita shalihah, akan lebih baik jika mereka berada di dalam rumah. Pasalnya dengan berdiam diri di dalam rumah, maka mereka pun akan terhindar dari beragam hal yang mungkin membahayakan Dari penjelasan di bagian atas tadi dapat Anda lihat bahwa menjadi wanita shalihah tentunya dibutuhkan cara khusus yang menjadikannya berbeda dengan wanita lain. Karena itulah sifat wanita muslimah terbaik tentunya hanya dimiliki oleh wanita shalihah Sebutkan Sikap dan ciri-ciri wanita shalihah? Beriman, menjaga air wudhu dan sholat lima waktu, menutup hijab dan menutup auratMengapa menjaga hijab dan menutup aurat sangat penting untuk wanita muslimah? Karena secara tidak langsung mereka telah bersyukur atas kehormatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan dengan berhijab mereka juga telah menjaga kesucian yang dimilikinyaKenapa wanita lebih baik tinggal dirumah daripada beraktivitas diluar rumah? Dengan berdiam diri di dalam rumah, maka mereka pun akan terhindar dari beragam hal yang mungkin membahayakan dirinya.
REPUBLIKACO.ID, BLACKBURN -- Seorang wanita Muslim bernama Aisha berusia 72 tahun bersemangat mengikuti kursus bela diri di Blackburn, Inggris. Ia meninggalkan zona nyamannya dan memilih mengikuti pelatihan bela diri yang diselenggarakan oleh akademi pertahanan Z selama enam pekan. "Saya mengikuti kursus bela diri karena saya pikir lebih

Oleh Hany Handayani Primantara, Sosial SETIAP Insan baik pria maupun wanita pasti memiliki kecenderungan untuk menunjukkan jati diri. Kecenderungan inilah yang disebut dengan naluri baqo. Naluri baqo dapat ditampakan dalam beragam bentuk, salah satunya melalui aktualisasi diri di berbagai bidang. Bagi kaum pria, aktualisasi diri menjadi hal yang lumrah. Namun tidak bagi wanita, karena sebagian masyarakat beranggapan bahwa kedudukan seorang wanita itu jauh di bawah laki-laki. Maka sebesar apapun kontribusi yang dilakukan oleh wanita, tak akan pernah mampu menyangingi kedudukan laki-laki. BACA JUGA Muslimah, Yuk, Sekolah Lagi! Di sisi lain, muncullah paham feminisme untuk mendobrak pemahaman tadi. Agar wanita pun mampu mengaktualisaikan diri sebagaimana kaum pria. Hanya saja, nyatanya gerakan kaum feminis ini justru mencabut naluri fitrah seorang wanita, ketika hendak menunjukkan jati dirinya. Tak sedikit kaum wanita yang terjebak dengan aroma manis pandangan kaum feminis, agar wanita juga mampu berkontribusi besar di ranah publik. Diakui keberadaannya sebagai bagian dari manusia, bukan lagi orang nomor dua. Meninggalkan tugas mulia mendidik generasi di rumah akhirnya jadi taruhan. Tak ayal dari sinilah masalah besar itu pun terjadi. Kekacauan dalam ruang lingkup paling kecil, yakni keluarga berdampak pula pada tatanan kehidupan masyarakat serta negara. Betul kiranya, bahwa majunya sebuah bangsa itu dapat dilihat dari bagaimana wanitanya. Wanita merupakan kunci dari kesuksesan sebuah bangsa. Islam datang sebagai solusi. Alquran dan sunah pedoman hidup yang bukan lagi sekedar diyakini, melainkan juga diaplikasikan dalam kehidupan ini. Maka tak mungkin masalah pelik nan rumit tadi tak ada jalan penyelesaiannya. Islam memandang wanita adalah manusia layaknya kaum pria. Tak ada sebutan kedudukan pria itu jauh lebih tinggi dari wanita. Perbedaan peran serta tugas yang dibebankan kepada pria maupun wanita, bukan menunjukkan tingkat kedudukan yang lebih tinggi. Melainkan sebuah bentuk pengaturan yang Allah tetapkan sesuai dengan fithrahnya masing-masing. Begitulah Islam memandang kedudukan manusia dan juga memberikan pengaturannya. Mirisnya nasib wanita kini bagai buah simalakama. Ingin berkontribusi pada negara malah jadi abai terhadap keluarga. Ingin fokus terhadap keluarga, namun tak mampu menutup mata dengan kondisi carut marut yang ada. Akibat tak dinaungi sebuah negara yang berlandaskan aturan Islam, maka bingung hendak kemana menuntut kehidupan sejahtera. Beda hal ketika Khilafah ada di tengah-tengah umat. Kemuliaan seorang wanita bukan hanya terjaga, melainkan juga mampu memberikan pengaruh nyata. Pengaruh dalam bentuk kontribusi yang sesuai fitrah. Bukan lagi mencederai fitrah sebagai wanita. Yakni Ummu warobatul bait. Sesuai dengan kemampuan dan naluriahnya yang telah Allah ciptakan. Tengoklah Ummul mukminin Khadijah Ra. Keterlibatan beliau dalam dakwah Rasul amat besar. Bukan lagi dukungan moral namun juga materil. Seluruh hartanya diberikan untuk perkembangan dakwah, hingga tak satu pun ada yang berbekas dalam dirinya kecuali pakaian yang sudah bertambal. Namun keridhoannya itu berbalas surga. Ummu Salamah adalah wanita yang aktif berpartisipasi dalam peristiwa yang terjadi di masyarakat. Nabi SAW selalu melibatkan istrinya dalam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masyarakat. Kodrat sebagai perempuan tidak menghalanginya untuk berpartisipasi dan memberikan bantuan dalam urusan-urusan kaum muslimin. Bagaimana pendapatnya mampu menenangkan rasul saat kaum muslim yang lain tak menghiraukan perintahnya. Ketika itu beliau memerintahkan mereka agar segera bercukur usai menandatangani perjanjian hudaibiyah. Namun tak satu pun mendengarkan, kecuali setelah Ummu Salamah memberikan nasihat kepada rasul “bercukurlah”. Maka serta merta seluruh kaum muslim pun bercukur. Begitu pula Aisyah Ra. Kecerdasannya digunakan untuk berkontribusi di ranah publik. Menghafal hadis yang kemudian beliau ajarkan kembali kepada para wanita mukmin lainnya. Beliau termasuk ke dalam lima terbanyak penghafal hadis. Aktifnya beliau di ranah publik tanpa meninggalkan tugas utama beliau. Fatimah yang berperan sebagai anak Nabi SAW, hidup penuh kesederhanaan serta perjuangan untuk membela agama Allah. Fatimah tak luput turut beraksi di medan perang. Masa perang uhud beliau merawat Rasulullah yang kepalanya terluka hingga darah memancar. Perang khondak, perang khaibar serta penaklukan kota Mekkah tak absen beliau ikuti. Hal itu mengindikasikan bahwa perempuan juga harus mampu berpartisipasi dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Memberikan pendapat dan saran meskipun apa yang terjadi tersebut tidak berkaitan langsung dengan dirinya. Islam datang justru bertujuan untuk mengakomodir semua kebutuhan baik pria maupun wanita. Dengan pengaturan Islam dalam bentuk tatanan negara, kaum wanita mampu mengembangkan potensi serta kemampuan diri. Dimana kelak kemampuan mereka ini akan berpengaruh besar terhadap negara. BACA JUGA Sifat Pendiam, Ini Manfaatnya bagi Muslimah Dari gambaran di atas bisa disimpulkan bahwa jauh sebelum paham feminis datang untuk mengangkat derajat wanita. Islam justru telah lebih dulu memberikan kedudukan yang agung lagi mulia. Terbukti dari beberapa figur istri Nabi SAW dan shahabiyah yang turut aktif dalam dakwah dan pembangunan negara, kontribusinya hadir tanpa mencederai fitrahnya sebagai wanita. Wallahu a’lam Bishowab. [] OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke [email protected], paling banyak dua 2 halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.

seorangmuslimah yang mendidik anaknya membaca Al-Qur'an, mengurus rumah tangga dan hal lain yang bermanfaat, adalah sebuah kerja dakwah. Kendati begitu, peran perempuan dalam berdakwah di masyarakat tidak seharusnya menjauhkan dirinya dari fitrah penciptaamya sebagai seorang perempuan yang memiliki tugas utama di rumah (keluarga).Banyak
Oleh Ummu Naira Forum Muslimah Indonesia/ ForMind “Perempuan memang diciptakan dari tulang rusuk, tapi bukan untuk dijadikan sebagai tulang punggung keluarga.” OPINI – Peran laki-laki dan perempuan di era global-sekuler saat ini memang sudah karut-marut, tumpang tindih, dan semakin tidak jelas. Pekerjaan yang harusnya dilakukan seorang laki-laki, misalkan mencari nafkah untuk keluarga, justru diambil alih oleh perempuan. Kemudian muncullah istilah perempuan kepala keluarga. Kondisi ini sangat miris. Sistem kapitalisme memperkeruh ketidakjelasan ini dengan mendorong para perempuan untuk “menyerbu” perusahaan-perusahaan dan kantor-kantor, menanggalkan sifat alamiah mereka dan meninggalkan kewajiban domestik perempuan. Akibatnya kita bisa lihat saat ini, justru para laki-laki yang mengasuh anak-anak di rumah, mencuci, menyetrika, dan melakukan tugas-tugas keibuan’ di rumah tangga karena minimnya lowongan pekerjaan untuk para laki-laki. Timbullah konflik tak berkesudahan di tengah-tengah keluarga dan masyarakat, salah satunya adalah kasus gugat cerai yang semakin marak saat ini karena perempuan merasa sudah mandiri secara finansial dan tidak butuh suaminya yang pengangguran. Akhirnya, tatanan keluarga tidak lagi harmonis dan semakin berantakan. Konflik-konflik dalam keluarga semacam ini mengakibatkan munculnya pemikiran-pemikiran yang keliru mengenai bagaimana seharusnya kaum laki-laki dan perempuan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Peran masing-masing pihak belum didefinisikan dengan jelas, dan hasilnya adalah timbulnya kekacauan di tengah-tengah masyarakat. Terjadilah diskriminasi terhadap kaum perempuan, runtuhnya ketahanan keluarga, pelecehan seksual, lejibiti, prostitusi, serta berbagai macam penyakit sosial lainnya. Kekacauan ini kemudian justru digunakan Barat untuk menghajar Islam. Islam dihakimi sebagai sistem yang menindas kaum perempuan dan cenderung misoginis menjadikan perempuan sebagai objek penindasan. Mispersepsi terhadap Islam bermunculan. Beberapa pernyataan menyudutkan mengenai perlakuan Islam terhadap perempuan, beberapa lagi cenderung sekadar khayalan. Ayaan Hirsi Ali, aktivis feminis, penulis, dan politikus Belanda, mendadak terkenal setelah dia menulis skenario film berjudul Submission 2004 yang disutradarai oleh Theo van Gogh, yang kemudian dibunuh gara-gara film tersebut. Dalam film tersebut digambarkan empat perempuan muslimah telanjang setelah dipukuli dan diperkosa oleh saudara laki-laki dalam keluarga mereka. Ayat-ayat Alquran tentang perempuan kemudian diletakkan di tubuh telanjang mereka. Ini adalah penistaan terhadap kitab suci Alquran karena jelas-jelas menuduh Alquran memerintahkan pemerkosaan, khususnya oleh kerabat. Harus dipahami, Islam mengakui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan-perbedaan alamiah, dan karena itu memiliki peran yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat. Peran yang memang berbeda tersebut justru membuat para perempuan bisa mengoptimalkan potensi alamiahnya sehingga menjadi muslimah yang berdaya dan berprestasi di tengah-tengah masyarakat. Namun tentunya, standar –berdaya dan berprestasi– itu bukan melulu soal materi. Berdaya di keluarga dan di masyarakat. Sejatinya, Islam –agama kita– datang memberikan solusi problem kita, baik untuk laki-laki dan perempuan. Dalam konteks ini, Islam membawa hukum yang berbeda-beda sesuai dengan tabiat fitrah perempuan dan laki-laki, dan sesuai dengan posisi masing-masing di dalam jamaah serta peran, fungsi, dan status di masyarakat. Ada sejumlah sifat yang hanya dimiliki oleh kaum laki-laki atau kaum perempuan, yang tidak bisa dilakukan oleh lawan jenisnya. Contohnya, kaum perempuan mempunyai potensi untuk mengandung dan menyusui anak-anaknya; sementara laki-laki –yang secara fisik lebih kuat– tidak bisa menjalankan fungsi tersebut. Sayangnya, dalam sistem buatan manusia, “kesetaraan” antara kaum laki-laki dan perempuan dimaknai dengan “kesamaan”. Akibatnya laki-laki dan perempuan didorong untuk saling berkompetisi dalam menjalani peran dan fungsi yang sama. Syariat Islam mencegah hal ini genderisasi terjadi. Dalam beberapa aspek, yang tidak dikhususkan bagi jenis kelamin tertentu, kaum laki-laki dan kaum perempuan mengikuti aturan-aturan yang sama, seperti dalam hal salat, mengucapkan syahadat, atau shaum; kecuali pada saat-saat tertentu di mana terdapat perbedaan akibat adanya sifat-sifat alamiah tertentu. Misalnya pada saat menstruasi, kaum perempuan tidak melaksanakan salat, dan pada saat hamil mereka mendapatkan rukhshah keringanan untuk tidak menjalankan ibadah puasa meski harus menggantinya pada hari-hari yang lain. Akan tetapi, pada aspek-aspek yang lain, yakni dalam hal-hal yang berkaitan dengan jenis kelamin tertentu, kaum laki-laki dan kaum perempuan mempunyai peran yang berbeda serta mengikuti aturan yang berlainan pula. Misalnya adalah potensi untuk menjalani fungsi-fungsi keibuan dan potensi untuk menjalankan fungsi-fungsi seorang bapak. Jadi, bukannya terjadi kompetisi antara kaum laki-laki dengan kaum perempuan, tetapi justru tercipta harmoni dan ketenangan. Semua aturan yang diberlakukan Allah SWT itu adil. Maka Allah melarang untuk iri atas perbedaan itu. وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِن فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا ﴿٣٢﴾ ”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. Karena bagi laki-laki ada bagian dari yang mereka usahakan, dan bagi perempuan ada bagian dari yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” QS an-Nisa’ [4] 32 Hikmah pembedaan hukum yang berkaitan pada perempuan sejatinya adalah perlindungan terhadap kehormatan dan kesucian perempuan, bukan untuk mengekang kebebasan para perempuan. Jadi keliru besar jika masih ada yang beranggapan bahwa perempuan dipenjara dalam Islam dan dibatasi ruang geraknya secara sewenang-wenang. Islam justru menjaga para perempuan sesuai fitrahnya. [MNews] Facebook Notice for EU! You need to login to view and post FB Comments! Sebagaimuslimah , tentu kita ingin mendapat mahkota dan perhiasan terindah ini. Untuk itu upayakan selalu rasa malu ini tumbuh dalam hati dan perilaku. Rasa malu dapat diupayakan dengan cara : 1. Melihat betapa banyak nikmat dan karunia Allah Ta'ala yang diberikan kepada kita. 2.
Menjadi muslimah yang shalihah adalah peran seorang wanita dalam kehidupan beragama dan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut akan terwujud ketika memahami tugas dasar dan fitrah diri seorang muslimah seperti apa. Juga harus dapat menempatkan dirinya dalam keluarga, ligkungan serta pergaulannya. Muslimah yang sesungguhnya iyalah mereka yang malu ketika melakukan kesalahan dan melakukan dosa. BACA JUGA Do'a Istri, Pembuka Rezeki Suami Wanita dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, memiliki kedudukan yang istimewa serta peran yang luar biasa, salah satu tugas petingnya adalah mencetak manusia-manusia masa depan yang shalih dan shalihah yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. النساء عماد البلاد اذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد “Wanita adalah tiangnya negara. jika wanitanya baik, maka negara akan baik dan jika wanita buruk negara akan buruk”. Al Hadits Dari hadits tersebut dapat dipahami betapa wanita mempunyai peranan yang tinggi dalam suatu negara. Seakan wanita menjadi penentu negara itu baik atau tidak. Wanita adalah manusia yang lembut, dia tidaklah lemah, karena wanita bisa berdiri sendiri dan itu berhasil dalam kehidupannya. Kodrat wanita memang diciptakan lembut namun tugasnya sangatlah mulia, yaitu menjadi seornaag ibu yang mampu menciptakan kenyamanan dalam keluarga bahkan wanita pun terkadang bisa berperan menjadi ayah sekaligus, begitulah sosok wanita. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda mengenai kaum wanita, الرجال شقائق النساء “Wanita adalah bagian dari pria.”HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi. Allah menciptakan Adam, dan Allah menciptakan pula baginya pasangan untuk menentramkannya, dan menjadikan bagi keduanya mawaddah dan rahmah. Sehingga keduanya pada asalnya sama, namun berbeda dalam beberapa sifat. Allah Ta’ala berfirman وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالأنْثَى “Dan laki-laki tidaklah sama seperti perempuan”. QS. Ali Imran 36 Bukan berarti Allah menyamakan keduanya, maksudnya adalah antara laki-laki dan perempuan adalah sama-sama makhluk yang Allah ciptakan untuk taat kepadaNya. Namun tetap memiliki karakter serta tugas yang berbeda, meskipun wanita terkadang bisa melakukan pekerjaan laki-laki begitupun sebalikya tidak menjadikannya sama. Hakikatnya seorang muslimah iyalah memelihara dirinya serta suaminya, mengharap ridho Allah dan tidak bepergian tanpa izin tanpa didampingi keluarga atau mahromnya. “Maka wanita yang shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada bepergian”QS. An-Nisa’ 34. Wanita yang sudah memiliki suami hendaknya meminta izin dan ridho suaminya ketika melakukan hal apapun, termasuk ketika ingin keluar rumah harus dan wajib dengan izin suami. Karena fitrah seorang muslimah yaitu dirumah dan tidak dengan mudah berpergian tanpa ada izi atau dampingan dari keluarga atau mahromnya. Sebab tidak hanya akan menimbulkan fitnah itu juga akan menimbulkan keburukan terhadapnya. Fitrah seorang muslimah juga menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya, bukan langsung mencarikan guru les atau orang lain. Karena hamil, melahirkan serta menyusui memang tidak bisa digantikan oleh laki-laki, sehingga bagi seorang perempuan haruslah menjadi ibu yang cerdas dan penyabar. Selain sebagai seorang ibu dan istri ada pula peran publik yang di emban oleh seorang wanita, yaitu menjadi anggota masyarakat dan sebagai warga negara, dimana organisasi dan politik juga ada di dalamnya. Meskipun fitrah seroang muslimah adalah menjadi wanita yang taat terhadap agama serta suami namun menurut prinsip Islam wanita diperbolehkan menempati kedudukan tersebut. Dengan cataan dia diangap mampu untuk menjalankannya, sehingga peran sosial dan politik terlaksana. Kedudukan wanita dalam sistem negara sudah terbuka lebar, sehingga kualitas dan kapasitas wanita semakin maju, namun tetap jangan pernah melupakan kodratnya sebagai seorang wanita dan seorang muslimah. Sehingga bisa dikatakan bahwa walaupun kodrat wanita menjadi ibu rumah tangga atau hanya sekedar dirumah merawat anak dan di dapur, wanita haruslah tetap memiliki kecerdasan dan ketrampilan serta pendidikan yang tinggi, karena generasi masa depan akan baik ketika terlahir dari wanita yang baik. Wallahua’lam bisshawab. Sumber Foto pexels FOLLOW SOCMEDFB & IG TINTAHIJAUcomIG & YT TINTAHIJAUcom
Fitrahseorang perempuan adalah di rumah dan tentu saja perintah ini akan baik untuk seorang perempuan. Tidak menundukkan atau melembutkan suara kepada laki-laki ajnabi; Allah Taala berfirman dalam QS Al Ahzab 32: "Jika kamu bertakwa , janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakut dalam hatinya.."
Ilustrasi pengertian fitrah. Foto FreepikFitrah diambil dari bahasa Arab yaitu fa-tho-ro yang berarti “membuka” atau “menguak”, juga dapat diartikan sebagai perangai, tabiat, kejadian, asli, agama, ciptaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, fitrah dikaitkan dengan kata sifat, asli, bakat, pembawaan perasaan makna fitrah sendiri merupakan “asal kejadian”, “keadaan yang suci”, dan “kembali ke asal”. Oleh sebab itu, hari raya umat Muslim sering disebut sebagai hari yang fitrah dengan arti sebagai "kembali ke keadaan suci tanpa dosa".Fitrah merupakan keadaan yang dihasilkan dari sebuah penciptaan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, fitrah adalah awal mula penciptaan manusia. Sebab, lafaz fitrah tidak pernah dikemukakan oleh Alquran dalam konteksnya selain dengan Seorang MuslimIlustrasi pengertian fitrah. Foto FreepikFitrah dalam diri manusia secara religus dimaknai sebagai umat Muslim yang beriman Islam. Tegasnya dalam Alquran, Allah SWT meminta umat-Nya untuk meyakini syariat yang diajarkan dalam agama Islam dan mampu Alquran, kata fitrah telah terdapat dalam 19 ayat. Namun secara jelasnya, kata fitrah ada dalam Surat Ar Rûm ayat 30. Allah berfirman dalam ayat tersebut, yang artinya"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan dalam ciptaan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." QS. Ar-Rum 30Imam Bukhari berpendapat bahwa fitrah manusia adalah Islam. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi, "Tidak ada seorang pun yang dilahirkan, kecuali ia terlahir dalam keadaan fitrah. Maka orangtuanyalah yang membuatnya jadi seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi" HR. Bukhari.
. 65 46 171 492 119 7 42 329

fitrah seorang wanita muslimah